Sabtu, 12 Februari 2011

SEKEPING SURGA ANDALUSIA

SEKEPING SURGA ANDALUSIA

Sebuah renungan sekembali
dari Al Andalus, Agustus 2007.


"Islam pasti akan mencapai wilayah yang diliputi siang dan malam. Allah
tidak akan membiarkan rumah yang megah (perkotaan)maupun yang sederhana
(perkampungan), melainkan akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan
memuliakan orang-orang yang mulia dan menghinakan oran-orang yang hina.
Mulia karena Allah memuliakannya dengan Islam. Hina karena Allah
menghinakannya akibat kekafirannya." (HR Ahmad)


Di atas adalah salah satu hadits yang menegaskan bagaimana kejayaan akan
diraih Islam sejak masa awal dakwah Rasulullah SAW dalam waktu teramat
cepat, terbesar dan teragung dalam sejarah peradaban umat manusia.

Tercepat, karena kaum muslimin membutuhkan waktu yang relatif pendek
untuk melebarkan wilayah khilafahnya melampaui wilayah geografis
kekuasaan Romawi sebagai negara adidaya pada masa kejayaannya. Kurang
lebih 100 tahun semenjak khilafah berdiri, wilayah Islam sudah mencapai
satu setengah kali kekuasaan Kaisar Trajan (100 M). Dikatakan terbesar
karena kekuasaan Islam membentang hingga 4500 mil melewati tiga benua:
Asia, Afrika dan Eropa. Adapun dikatakan teragung, karena mercusuar
peradaban manusia ini membentuk tidak saja sebuah kekuasaan wilayah
namun pembentukan pribadi-pribadi shaleh sebagai pondasi membentuk suatu
komunitas masyarakat yang beradab.

Adalah andalusia salah satu bukti sejarah yang tersisa dari masa
kegemilangan khilafah Islamiyah di dataran Eropa selain kegemilangan itu
merebak luas ke wilayah Asia dan Afrika .

Sejarah mengukir nama Thariq Bin Ziyad sebagai pembuka pintu peradaban
Islam di Andalusia atau Spanyol. Pada tahun 711 M Thariq Bin Ziyad
dengan pasukannya merapat dipantai Spanyol dengan membawa misi dakwah
Islamiyah di bumi Spanyol secara damai. Kedatangan pasukan Thariq ini
disambut baik oleh kelompok masyarakat Spanyol yang tertindas akibat
konflik dan meminta perlindungan dari pasukan muslimin melalui Musa Ibn
Nusyair, seorang gubernur dari kekhalifahan Islam Bani Umayyah di
wilayah kepulauan Mediterrania .

Kondisi Spanyol sebelum tibanya pasukan muslimin memang tengah berada
dalam masa kegelapan sebagaimana daratan Eropa lainnya. Perang dan
perebutan kekuasaan mewarnai wilayah Spanyol saat itu. Kerajaan Spanyol
saat itu dikuasai oleh Raja Roderick yang terlibat konflik dengan
gubernur wilayah Ceuta, Julian. Roderick juga menculik anak gadis Julian
yang bernama Florinda. Hal inilah yang memperuncing permusuhan antara
Roderick dengan Julian. Julian kemudian meminta bantuan kepada Musa Ibn
Nusair. Permintaan bantuan tersebut dipenuhi Musa Ibn Nusyair atas izin
dari Walid I, Khalifah Bani Umayyah. Musa pun mengutus Thariq Bin Ziyad
ke Spanyol.

Sebelum menghadapi perlawanan dari Raja Roderick Thariq Bin Ziyad
memerintahkan pembakaran kapal-kapal pasukannya yang telah membawa
mereka melintasi lautan untuk tiba di Spanyol. Kepada pasukannya ia
mengatakan, "…di belakang kita ada lautan luas dan di hadapan kita ada
pasukan musuh. Kita datang kesini bukan untuk kembali, hanya ada dua
pilihan menaklukan negeri ini dan mengembangkan syiar Islam atau kita
semua syahid…." Pilihannya jelas: maju terus untuk menang atau mati. Tak
ada kata untuk mundur dan pulang. Bersama pasukannya panglima besar
tersebut memusatkan pertahanan di sebuah bukit yang dinamakan
"Jabl-ul-Thariq" (The Rock of Thariq) yang sekarang dikenal dengan
Gibraltar.

Thariq dan pasukannya terus bergerak menuju pusat kekuasaan Roderick di
Spanyol dan berhasil dengan gemilang menaklukan daerah-daerah kekuasaan
raja Gothic tersebut. Secara berturut-turut Sidonia, Carmona, Granada
dan Cordoba jatuh ketangan pasukan muslimin. Pusat pemerintahan kerajaan
Gothic itu pun yaitu kota Toledo berhasil dikuasai.

Penaklukkan pasukan muslim terhadap Spanyol merupakan lembaran baru yang
gemilang bagi sejarah negeri ini. Penaklukkan tersebut membuka suatu era
baru dimana kebenaran dan keadilan ditegakkan. Kebebasan beragama
terjamin, bagi mereka yang beragama Yahudi maupun Kristen. Sendi-sendi
dasar Islam ditegakkan demi membentuk sebuah masyarakat yang shaleh.
Sistem pemerintahan yang adil dan mengayomi masyarakatnya mewarnai masa
kegemilangan ini. Selanjutnya wilayah kekhalifahan ini disebut Al Andalus.

Wilayah Al Andalus meliputi diantaranya Almeria, Cadiz, Cordoba,
Granada, Huelva, Jaen, Malaga dan Sevilla. Saat ini wilayah Andalusia
ini masih tetap dipertahankan namanya sebagai salah satu provinsi di
Spanyol hanya wilayahnya tidak seluas pada masa pemerintahan Islam.
Secara geografis wilayah provinsi Andalusia ini berbatasan langsung
dengan perairan Mediterrania di bagian timurnya, lautan atlantik dan
Portugal disebelah barat. Adapun di bagian utara Andalusia berbatasan
dengan La-Mancha. Selat Gibraltar dan laut Mediterrania membatasi
wilayah ini di bagian selatan.

Kembali mengenang kejayaannya di masa lampau, adalah Abdurrahman
Ad-Dakhil atau yang disebut dalam literatur sejarah Andalusia Abd
ar-Rahman I , seorang keturunan Bani Umayah yang kemudian meneruskan
pengibaran panji-panji Islam di Al Andalus sebagai Emir of al-Andalus.
Abdurrahman I melakukan restorasi politik dan kenegaraan bersamaan
dengan pembangunan infrastuktur kemasyarakatan. Salah satunya mengawali
pembangun Masjid Cordoba. Keturunannya melanjutkan kekuasaan
kekhalifahan di bumi Andalusia.

Andalusia adalah pusat peradaban dunia dalam kurun waktu 800 tahun the
golden age. "Center of Excellent", kemakmuran dan kemegahannya diwarnai
pula oleh kemajuan pesat dalam bidang seni, ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga Spanyol yang kita kenal sekarang hanya pernah
benar-benar mencapai puncak kemajuannya selama masa pemerintahan Islam.

Cordoba sebagai kota penting di Al Andalus, merupakan kota termegah,
terkaya dan salah satu yang terbesar di dunia pada abad pertengahan. Hal
ini sangat berbeda dengan kota-kota di Eropa lainnya, di mana bangsa
Eropa saat itu tengah dilanda kegelapan dan kebodohan. Apa yang menjadi
kemajuan barat saat ini adalah kontribusi besar kemajuan perabadan yang
ditumbuhkan masyarakat Islam di Eropa saat itu.

Seorang ahli ilmu politik W.E. Hocking dalam bukunya The Spirit of World
Politics berkomentar tentang kemajuan yang dicapai barat masa kini,
"Sesungguhanya dapat dikatakan bahwa pada pertengahan abad ke 13 Islam
lah pembawa segala apa yang tumbuh dan dibanggakan oleh dunia barat".
Demikian pula seorang sejarawan barat W. Montgomery Watt dalam bukunya
tentang Sejarah Islam di Spanyol,"Peradaban Eropa tidak dibangun oleh
proses regenerasi mereka sendiri tanpa dukungan peradaban Islam yang
menjadi motor penggeraknya, Barat bukanlah apa-apa."

Sebagai pusat seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, Andalusia memang
memiliki infrastruktur pendukung yang tidak dimiliki negara manapun pada
zaman itu, tersebut jumlah buku yang begitu banyak di perpustakaan di
Cordoba juga volume kunjungan masyarakat ke perpustakaan itu yang tinggi
yang menunjukkan antusias dalam menuntut ilmu. Belum lagi universitas
Cordoba dan pusat-pusat studi di Granada yang menjadi pusat untuk
menuntut ilmu bukan saja bagi warga muslim Andalusia ataupun wilayah
Maghribi namun seluruh dunia dari berbagai bangsa dan budaya.

Al Andalus juga lah tempat lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar muslim yang
ilmu dan pemikirannya menjadi cikal bakal kemajuan ilmu dan teknologi
Barat. Sebut saja Ibnu Rusyd (1126-1198) yang dikenal barat dengan nama
Averroes seorang pemikir filsafat, ahli kedokteran dan ahli fikih.
Selain nama terkenal lain yaitu Avicenna (Ibnu Sina) dan Rhazes (Al
Razi) dalam bidang yang sama.

Pangeran Charles, pewaris tahta Inggris pun dalam makalahnya yang
berjudul 'Salah Paham Terhadap Islam' mengakui kemajuan yang luar biasa
dalam ilmu pengetahuan yang disumbangkan Islam bagi peradaban Barat.
Makalah ini disampaikan ketika ia berpidato di Sheldonian Theatre, Pusat
Pengkajian Islam di Oxford, London, 27 Oktober 1993. Berikut cuplikannya
(terjemahan):
"....Misalnya kita telah meremehkan pentingnya masyarakat dan kebudayan
Islam selama 800 tahun di Spanyol antara abad ke-8 dan ke-15. Sumbangan
Muslim terhadap pemeliharaan pengetahuan klasik selama berabad-abad
kegelapan, dan terhadap lahirnya Renaisance telah lama diakui..."
"...mereka (kaum muslim )juga menafsirkan dan mengembangkannya dalam
tradisi peradaban itu dan telah memberikan sumbangan vital di banyak
bidang usaha manusia- dalam Sains, Ilmu Bintang (Falaq), matematika,
aljabar (yang merupakan kata Arab), Hukum, sejarah, Kedokteran, Farmasi,
Optik, Pertanian, Arsitektur, Teologi dan Musik. Averroes (Ibnu Rusyd),
seperti juga sejawatnya Avicenna (Ibnu Sina) dan Rhazes (Al Razi) di
Timur, menyumbang pada studi dan praktek kedokteran dalam banyak hal
yang selama beberapa abad berikutnya dimanfaatkan oleh Eropa..."
"...Kabarnya terdapat 400.000 buku di perpustakaan penguasa Cordoba,
yang jumlahnya lebih banyak dari semua buku yang ada di semua
negara-negara lain di Eropa. Banyak ciri yang dibanggakan Eropa modern
sebenarnya berasal dari Kaum Muslimin di Spanyol ...."

Dalam bidang Astronomi dikenal pula Az Zarkalli, astronom muslim
kelahiran Cordoba ini memperkenalkan pertama kali astrolobe, yaitu suatu
instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari
horison bumi. Penemuan ini begitu revolusioner karena dijadikan dasar
bagi sistem navigasi laut yang berguna bagi perkembangan transportasi
pelayaran.Kemudian nama Qasim Al Majrithi seorang yang meletakkan
dasar-dasar ilmu matematika.

Kemakmuran perekonomian masyarakat Al Andalus saat itu menjadi tempat
menarik bagi para pendatang, disamping adanya pemerintahan yang adil dan
menjaga kenyamanan hidup bagi warganya untuk hidup berdampingan dengan
para pendatang dari berbagai ras. Pada masa pemerintahan Islam itu
kebebasan beragama dijamin. Pada masa ini disebutkan oleh banyak
literatur bahwa golongan Yahudi mengalami kemakmuran dalam kehidupannya
di Andalusia ini bahkan mereka diberi kesempatan yang sama baik dalam
bidang pendidikan, politik maupun pemerintahan.

Kualitas pribadi muslim pada masyarakat Al Andalus yang dapat melahirkan
suatu peradaban dan kemajuan mengagumkan, memang sepatutnya dijadikan
cermin bagi semua muslim saat ini.

Ilmuwan-ilmuwan yang disebutkan namanya diatas adalah sebagian gambaran
kualitas pribadi muslim yang memadukan kekuatan ilmu dan agama.
Lagi-lagi Montgomery mengutip kata-kata Ibnu Rusyd, "Ilmu pengetahuan
dibangun diatas fakta-fakta dan logika hingga sampai pada suatu
penjelasan yang rasional. Etika, merefleksikan manfaat setiap riset
ilmiah sehingga harus memberi nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan
firman Allah, Al Qur'an, menjadi pembimbing kita untuk sampai pada
tujuan akhir hidup ini." Ia menganalisa rahasia kemajuan peradaban Islam
bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan,
etika dan agama, satu dengan yang lainnya adalah satu tarikan napas.
Pengamalan syariat Islam sama pentingnya dengan riset-riset ilmiah.

Pondasi itu pula lah rupanya yang membuat pemerintahan Islam kala itu
merupakan sebuah pemerintahan yang berkualitas. Pemimpin sebagai
pengendali pemerintahan adalah orang-orang yang teguh dalam agamanya,
yang berkualitas dalam akhlaknya dan yang luas dalam ilmunya.

Al Hakam II, salah seorang khalifah dari Dinasti Nasyrid yang memerintah
Andalusia pada suatu periode, dikenal sebagai seorang pribadi shaleh
yang luas kedalaman ilmu agamanya sehingga berbuah ketaatan yang
mendalam pada Sang Khalik, lemah lembut perangainya disamping seorang
pecinta seni dan memilki keahlian dalam ilmu hukum.

Kiranya generasi pada masa ini layak mendapat sebutan Khairu Ummah.
Hanya dengan kualitas pribadi-pribadi shaleh lah kegemilangan Islam akan
terulang, insyaallah...

"...Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, kamu
menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan kamu
beriman kepada Allah..."
QS Al Imraan :110


Inne R Hardjanto
Den Haag, Augustus 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar