Rabu, 09 Februari 2011

[MUSLIM WAJIB TAU]Sejarah Emas Pemerintahan Islam

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih
di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa (QS an-Nur [24]: 55).

Itulah janji Allah, Penguasa Alam Semesta terhadap orang yang beriman,
untuk dijadikan penguasa kelak. Sehingga dengan keimanannya menjadikan
hukum sebagai patokan dan ketinggian akhlaq sebagai tuntunan kehidupan.
Dengan keimanan itulah pula keadilan dan kesejahteraan tersebarkan
sebagaimana kebaikan tersebarkan. Berikut sejarah emas pemerintahan
Islam yang berlangsung selama 13 Abad.

1. Pengayom dan pelindung umat.

Islam adalah penebar rahmat bagi seluruh manusia, bukan hanya kaum
Muslim, tetapi juga umat lain. Tercatat dalam sejarah, tatkala kawasan
Sicilia di Eropa berada dalam pangkuan Islam semasa Khalifah Ziyadat
Allah I, Sicilia menjadi kawasan yang penuh berkah bagi umat non-Islam.
Betapa tidak. Di Sicilia terdapat beragam suku dan etnis seperti
Sicilia, Arab, Yahudi, Barbar, Persia, Tartar dan Negro berbaur dalam
keharmonisan. Tidak ada satu pun pembantaian terhadap penduduk yang
beragama Nasrani, walau mereka minoritas. Bahkan penduduk asli Sicilia
yang Nasrani justru dilindungi dan dihormati kebebasannya dalam
menjalankan aktivitas peribadatan.

Penguasa Muslim hanya membebankan jizyah atas penganut agama Nasrani.
Jizyah yang diperuntukkan kepada laki-laki yang mampu saja. Itupun tidak
sebanding dengan jaminan hidup dan kesejahteraan yang diperoleh seluruh
warga negara tanpa dibedakan muslim dan non-muslim. Hak milik dan usaha
mereka dilindungi. Demikian pula warga Yahudi. Penguasa Muslim
menghormati hak hidup dan melindungi kebebasan umat beragama lain dalam
menjalankan ibadah. Walhasil, sejak dalam kekuasaan Islam, Sicilia
menjelma menjadi salah satu pusat peradaban di Eropa setelah Cordova.

Kondisi sebaliknya justru terjadi saat ini. Umat Islam kini ditindas
secara sistematis oleh sistem kapitalis penguasa dunia. Ketika Islam
menjadi umat minoritas, mereka dibantai sebagaimana yang terjadi di
Palestina, Khasmir, Kosovo, Xinjiang, Pattani, dll. Mayoritas Muslim pun
kini menjadi bulan-bulanan musuh-musuhnya, sebagaimana yang terjadi di
negeri ini. Sungguh menyedihkan.

2. Pencetak ilmuwan dan intektual.

Islam dalam sistem Khilafah mendorong dan mencetak para ilmuwan dan
intelektual handal. Tercatat ribuan bahkan jutaan ilmuwan dan
intelektual yang telah dilahirkan oleh Islam. Bukan hanya memberikan
sumbangan bagi kemakmuran umat Islam, mereka juga memberikan sumbangan
sangat berarti bagi dunia. Contoh: Ibnu Mun'im. Ia dikenal sebagai
spesialis terbaik dalam geometri dan teori ilmu hitung. Ia juga seorang
dokter. Dalam bidang matematika, Ibnu Mun'im telah berhasil
mempublikasikan sederet hasil karyanya. Salah satunya yang masih tetap
survive hingga kini adalah Fiqh al-Hisab (Ilmu Hitung).

Ada juga Abdul Malik bin Quraib al-Asma'i. Ialah sarjana pertama yang
mengkaji ilmu alam dan'zoologi (ilmu hewan). Beberapa buah pikirannya
yang sangat terkenal mengupas tentang hewan, yakni'Kitab al-Khayhl, yang
membahas seluk beluk kuda. Selain itu, ia juga menulis'Kitab Al-Ibil
yang mengupas tentang unta, Kitab ash-Sha' tentang kambing, dan'Kitab
al-Wuhush tentang hewan liar. Abdul Malik juga mengkaji manusia
melalui'Kitab Khalq al-Insan. Ia juga tercatat sebagai ilmuwan pertama
yang mempelajari anatomi manusia. Salah satu kitabnya yang sangat
fenomenal adalah'Kitab al-Asma'i yang masih menjadi rujukan ilmuwan di
Austria pada paruh kedua abad ke-19 M.

Di atas adalah contoh ilmuwan yang dilahirkan oleh Islam selain ribuan
nama lainnya seperti Al-Khawarizmi (penemu angka 'nol'), Ibnu Sina
(Bapak Kedokteran Dunia), Al-Jabar (Bapak Matematika Dunia), dll.

3. Surganya pengobatan.

Dalam 250 tahun, sarjana Muslim telah menghasilkan 18 kitab tentang
opthalmologi. Padahal ilmuwan Yunani dari zaman Hipocrates hingga Paulus
selama 10 abad hanya menghasilkan lima buku opthalmologi. Ilmu
pengobatan mata alias opthalmologi berkembang begitu pesat di era
modern. Kemajuan yang dicapai dunia opthalmologi saat ini tak akan
mungkin terjadi tanpa peran para dokter spesialis mata Muslim di era
keemasan.

'Saya mengundang Anda kembali ke massa 1.000 tahun silam untuk
menyaksikan fakta sejarah pencapaian para dokter Muslim di bidang
opthalmologi,' papar Professor J Hirschberg, seorang ahli mata terkemuka
berkebangsaan Jerman dalam tulisannya berjudul,"Arab Opthalmologist'.
Hirschberg begitu mengagumi pencapaian para dokter spesialis mata Muslim
pada era Kekhalifahan.

Salah satu dokter spesialis mata yang terkenal adalah Al-Jurjani. Ia
adalah dokter bedah mata yang terkenal dari Persia. Pada tahun 1088 M,
ia menulis kitab yang berjudul'Nur al-'Ayun (Cahaya Mata). Kitab yang
ditulis pada era kekuasaan Sultan Malikshah itu terdiri dari 10 bab.
Tujuh bab di antaranya membahas 30 jenis operasi mata, termasuk tiga
operasi katarak. Satu bab lainnya secara khusus membahas katarak,
trahum, penyakit kornea serta masalah kelopak mata. Buku ini begitu lengkap.

Tak cuma itu, para dokter spesialis mata Muslim pun telah berperan besar
dalam menemukan peralatan medis yang digunakan untuk melakukan operasi
mata. Sungguh pencapaian yang prestisius.

Kecanggihan penemuan bidang kedokteran ini jelas menjadi pintu bagi
kemudahan pengobatan umat Islam. Apalagi dengan kebijakan Khilafah yang
menggratiskan pengobatan bagi masyarakat. Pemerintahan Islam menjadi
surga pengobatan bagi orang sakit. Tidak seperti sekarang. Orang
'dilarang' sakit karena biaya pengobatan dan rumah sakit begitu mahal;
tak terjangkau oleh kebanyakan orang.

4. Surganya investasi dan industri.

Islam sangat mendorong ekonomi real. Islam menjamin setiap investasi
bisnis yang ada sehingga tumbuh industri yang tentu akan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat. Tercatat pada masa Kekhilafahan Turki
Utsmani, investasi dalam sektor industri begitu besar. Hal ini tampak
pada tumbuh suburnya industri tekstil (wol, linen, katun dan sutera).
Tekstil adalah industri primadona saat itu.

Sentra produksi wol dan sutera Islam berada di Andalusia. 'Pada abad
ke-12, industri tekstil berkembang sangat pesat di wilayah itu,' papar
Dr. Du Ry. Di wilayah Andalusia, menurut catatan sejarahwan Arab,
terdapat tak kurang dari 800 pabrik tenun. Tidak aneh jika era
Kekhilafahan Islam kerap dijuluki sebagai 'peradaban tekstil.' Bisa kita
bayangkan, betapa besar investasi dan perputaran ekonomi berjalan pada
masa itu saat dunia Barat belum mengenal cara membuat katun dan sutera.

Menegakkah Kembali Khilafah

Dalam kitab'Al-Fiqh 'ala al-Mazhahib al-Arba'ah, karya Syaikh
Abdurrahman al-Jaziri (V/362) disebutkan, Para imam (Abu Hanifah, Malik,
Syafii, Ahmad) 'rahimahumullah' telah sepakat bahwa 'Imamah (Khilafah)
adalah fardhu; tidak boleh tidak, kaum Muslim harus mempunyai seorang
imam (khalifah) yang akan menegakkan syiar-syiar agama serta
menyelamatkan orang-orang terzalimi dari orang-orang zalim'

Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M), ketika menjelaskan Ahlus
Sunnah dalam kitabnya,'Al-Farqu bayna al-Firaq (hlm. 248-249),
mengatakan, terdapat 15 (lima belas) masalah pokok agama (arkan ad-din)
yang telah disepakati oleh Ahlus Sunnah. Masalah pokok agama yang nomor
12 (dua belas) adalah wajibnya Imamah atau Khilafah.

Pada kitab yang sama (hlm. 270), Imam Abdul Qahir al-Baghdadi juga
menjelaskan, 'Mereka (Ahlus Sunnah) berkata: 'Sesungguhnya Imamah
(Khilafah) adalah fardhu atau wajib atas umat untuk mengangkat seorang
imam (khalifah), yang akan mengangkat bagi mereka para hakim dan
orang-orang kepercayaan (umara') mereka.'

Bagaimana dengan kalangan non-Ahlus Sunnah' Mereka juga sama; sama-sama
mewajibkan Khilafah. Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya,'Al-Fashl fi al-Milal
wa al-Ahwa' wa an-Nihal (IV/78), menyatakan, 'Telah sepakat semua Ahlus
Sunnah, semua Murjiah, semua Syiah dan semua Khawarij mengenai wajibnya
Imamah (Khilafah) dan bahwa umat wajib menaati Imam yang adil, yang akan
menegakkan hukum-hukum Allah di tengah-tengah mereka dan mengatur mereka
dengan hukum-hukum syariah yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam.'

Wahai kaum Muslim:

Realitas sejarah jelas menunjukkan bagaimana keunggulan dan keagungan
Khilafah pada masa lalu. Lebih dari itu, realitas syariah pun
menunjukkan bahwa menegakkan Khilafah adalah wajib bagi kaum Muslim
menurut para ulama, tentu berdasarkan ijtihad mereka saat menggali
nash-nash syariah (al-Quran dan as-Sunnah).

Karena itulah, di tengah kebobrokan sistem Kapitalisme-sekular saat ini,
menegakkan kembali Khilafah adalah urgen saat ini, baik secara rasional
maupun'syar'i. Khilafahlah satu-satunya institusi yang bisa menerapkan
sistem Islam (hukum-hukum syariah) secara total dalam kehidupan, sebagai
pekara yang telah Allah wajibkan atas kaum Muslim. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:

Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (QS al-Maidah 5: 48).

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka (QS
al-Maidah 5: 49)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar